Rabu, 27 Desember 2017

KELAS 3 FIKIH-SAKIT BUKAN PENGHALANG SHALAT

SAKIT BUKAN PENGHALANG SHALAT

A.  Ketentuan Shalat Bagi Orang Sakit
Allah Swt. memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk beribadah kepada-Nya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Di antara kewajiban ibadah yang harus dilakukan kaum muslimin adalah mengerjakan shalat fardhu lima waktu baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Bagi orang yang sedang sakit, Allah Swt. memberikan keringanan dan kemudahan dalam mengerjakan shalat.
Allah berfirman:
فَا تَّقُوْا للهَ مَا ا سْتَطَعْتُمْ...
Artinya:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu”. (QS. At-Taghaabun: 16)
Bagaimana bentuk keringanan yang diberikan Allah kepada orang sakit dalam mengerjakan shalat? Imran bin Husain pernah menanyakan tentang tata cara shalat ketika sedang sakit kepada Rasulullah Saw., sebagaimana hadits yang artinya:
Saya (Imran bin Husain) sakit bawasir, kemudian saya bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang cara melakukan shalat, maka beliau bersabda: “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu hendaklah dengan duduk, dan jika tidak mampu duduk maka dengan berbaring.” (HR. Al Bukhari)
Shalat bagi orang sakit dengan dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Bacaan shalat sama dengan shalat seperti biasa, hanya berbeda pada posisi dan beberapa gerakan saja.
Beberapa cara shalat yang bisa dilakukan bagi orang yang sakit, sebagai berikut:
1.     Shalat dengan cara duduk
Shalat dengan cara duduk dilakukan bagi orang sakit yang tidak sanggup mengerjakan shalat dengan berdiri. Shalat dengan cara duduk dapat dilakukan dengan posisi duduk iftirasy, bersila atau sesuai dengan kemampuannya.
Bacaan shalat yang dilakukan dengan cara duduk sama seperti bacaan shalat biasa.
Adapun tata cara shalat sambil duduk yaitu:
a.    Posisi duduk iftirasy, menghadap kiblat dan berniat melaksanakan shalat.
b.    Takbiratul ihram sambil membaca takbir.
c.    Membaca do’a iftitah, surat al-Fatihah dan dilanjutkan surat pendek al-Qur’an.
d.    Ruku’ dilakukan dengan posisi badan agak membungkuk, membaca tasbih.
e.    I’tidal dilakukan dengan posisi duduk iftirasy, membaca tasmi
f.    Sujud dilakukan seperti sujud biasa atau jika tidak mampu, cukup dengan membungkukkan badan lebih rendah daripada ruku’.
g.    Duduk diantara dua sujud, tahiyat awal dan tahiyat akhir sama seperti pada shalat biasa atau dilakukan sesuai dengan kemampuannya.       
h.    Mengucapkan salam dengan menolehkan wajah ke kanan dan ke kiri seperti pada shalat biasa.
2.    Shalat dengan cara berbaring
Shalat dengan cara berbaring dilakukan bagi orang sakit yang tidak mampu mengerjakan shalat dengan cara berdiri maupun duduk.
Adapun tata cara shalat sambil berbaring adalah:
a.    Berbaring dengan posisi miring ke kanan dan menghadap kiblat. Kepala berada di sebelah utara dan kaki di sebelah selatan.
b.    Posisi tangan bersedekap.
c.    Gerakan shalat dilakukan dengan isyarat menganggukkan kepala atau kedipan mata.
d.    Apabila tidak mampu dikerjakan maka cukup menggunakan isyarat hati.
3.    Shalat dengan cara telentang
Shalat dengan cara telentang dilakukan jika tidak mampu lagi untuk berbaring miring.
Tata cara shalat dengan telentang diantaranya:
a.    Posisi badan telentang dengan posisi telapak kaki menghadap ke arah kiblat dan jika mampu kepalanya diberi bantal agar mukanya menghadap kiblat.
b.    Gerakan shalat dilakukan dengan isyarat seperti menganggukkan kepala, kedipan mata ataupun dengan isyarat hati.
c.    Bacaan shalat dilafalkan seperti biasa, jika tidak mampu cukup dilafalkan di dalam hati.
B.  Hikmah Shalat bagi Orang Sakit
Hikmah shalat bagi orang sakit, diantaranya adalah:
1.      Mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan selalu mengerjakan shalat kita akan menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.
2.      Hati menjadi lebih tenang.
Ketenangan hati akan kita dapatkan dengan beribadah kepada Allah Swt.
3.      Menyadari kemurahan Allah Swt.
Allah memberikan kemurahan berupa keringanan dalam beribdah kepada-Nya ketika sedang sakit.
4.      Mensyukuri nikmat sehat yang diberikan Allah Swt.
Shalat dalam keadaan sakit akan lebih menambah rasa syukur kita terhadap nikmat kesehatan yang diberikan Allah Swt.
5.      Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt.
Keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah akan bertambah dengan senantiasa beribadah kepada-Nya dalam setiap keadaan.
6.      Dicintai Allah Swt.

Allah mencintai orang-orang yang selalu beribadah kepada-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar