SAKIT BUKAN PENGHALANG SHALAT
A. Ketentuan
Shalat Bagi Orang Sakit
Allah Swt. memberikan
perintah kepada kaum muslimin untuk beribadah kepada-Nya sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Di antara kewajiban ibadah yang harus dilakukan
kaum muslimin adalah mengerjakan shalat fardhu lima waktu baik dalam keadaan
sehat maupun sakit. Bagi orang yang sedang sakit, Allah Swt. memberikan
keringanan dan kemudahan dalam mengerjakan shalat.
Allah berfirman:
فَا تَّقُوْا للهَ مَا ا
سْتَطَعْتُمْ...
Artinya:
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu”. (QS. At-Taghaabun: 16)
Bagaimana bentuk keringanan yang diberikan
Allah kepada orang sakit dalam mengerjakan shalat? Imran bin Husain pernah
menanyakan tentang tata cara shalat ketika sedang sakit kepada Rasulullah Saw.,
sebagaimana hadits yang artinya:
Saya (Imran bin Husain) sakit bawasir,
kemudian saya bertanya kepada Nabi Muhammad Saw. tentang cara melakukan shalat,
maka beliau bersabda: “Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu hendaklah
dengan duduk, dan jika tidak mampu duduk maka dengan berbaring.” (HR. Al Bukhari)
Shalat bagi orang sakit
dengan dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya. Bacaan shalat sama dengan shalat seperti biasa, hanya berbeda pada
posisi dan beberapa gerakan saja.
Beberapa cara shalat yang bisa dilakukan bagi
orang yang sakit, sebagai berikut:
1. Shalat
dengan cara duduk
Shalat dengan cara duduk
dilakukan bagi orang sakit yang tidak sanggup mengerjakan shalat dengan
berdiri. Shalat dengan cara duduk dapat dilakukan dengan posisi duduk iftirasy,
bersila atau sesuai dengan kemampuannya.
Bacaan shalat yang dilakukan
dengan cara duduk sama seperti bacaan shalat biasa.
Adapun tata cara shalat sambil duduk yaitu:
a. Posisi duduk iftirasy, menghadap kiblat dan berniat melaksanakan shalat.
b. Takbiratul ihram sambil membaca takbir.
c. Membaca do’a iftitah, surat al-Fatihah dan dilanjutkan surat pendek
al-Qur’an.
d. Ruku’ dilakukan dengan posisi badan agak membungkuk, membaca tasbih.
e. I’tidal dilakukan dengan posisi duduk iftirasy, membaca tasmi
f. Sujud dilakukan seperti sujud biasa atau jika tidak mampu, cukup dengan
membungkukkan badan lebih rendah daripada ruku’.
g. Duduk diantara dua sujud, tahiyat awal dan tahiyat akhir sama seperti
pada shalat biasa atau dilakukan sesuai dengan kemampuannya.
h. Mengucapkan salam dengan menolehkan wajah ke kanan dan ke kiri seperti
pada shalat biasa.
2. Shalat
dengan cara berbaring
Shalat dengan cara berbaring dilakukan bagi
orang sakit yang tidak mampu mengerjakan shalat dengan cara berdiri maupun
duduk.
Adapun tata cara
shalat sambil berbaring adalah:
a. Berbaring dengan posisi miring ke kanan dan menghadap kiblat. Kepala
berada di sebelah utara dan kaki di sebelah selatan.
b. Posisi tangan bersedekap.
c. Gerakan shalat dilakukan dengan isyarat menganggukkan kepala atau
kedipan mata.
d. Apabila tidak mampu dikerjakan maka cukup menggunakan isyarat hati.
3. Shalat
dengan cara telentang
Shalat dengan cara telentang dilakukan jika
tidak mampu lagi untuk berbaring miring.
Tata cara shalat dengan telentang
diantaranya:
a. Posisi badan telentang dengan posisi telapak kaki menghadap ke arah
kiblat dan jika mampu kepalanya diberi bantal agar mukanya menghadap kiblat.
b. Gerakan shalat dilakukan dengan isyarat seperti menganggukkan kepala,
kedipan mata ataupun dengan isyarat hati.
c. Bacaan shalat dilafalkan seperti biasa, jika tidak mampu cukup dilafalkan
di dalam hati.
B. Hikmah
Shalat bagi Orang Sakit
Hikmah shalat bagi orang sakit, diantaranya
adalah:
1.
Mendekatkan diri kepada Allah.
Dengan selalu mengerjakan
shalat kita akan menjadi lebih dekat kepada Allah Swt.
2.
Hati menjadi lebih tenang.
Ketenangan hati akan kita
dapatkan dengan beribadah kepada Allah Swt.
3.
Menyadari kemurahan Allah
Swt.
Allah memberikan kemurahan
berupa keringanan dalam beribdah kepada-Nya ketika sedang sakit.
4.
Mensyukuri nikmat sehat yang
diberikan Allah Swt.
Shalat dalam keadaan sakit akan lebih
menambah rasa syukur kita terhadap nikmat kesehatan yang diberikan Allah Swt.
5.
Meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah Swt.
Keimanan dan ketakwaan kita
kepada Allah akan bertambah dengan senantiasa beribadah kepada-Nya dalam setiap
keadaan.
6.
Dicintai Allah Swt.
Allah mencintai orang-orang
yang selalu beribadah kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar